Mengenai Saya

Foto saya
Cimahi, Jawa Barat, Indonesia

18 Juni 2008

Jatuh Cinta Lagi

Lebih dari 2 dekade saya mengenalmu. Bersamamu. Mengecap intisari keberadaan saya di dunia ini denganmu.

Kita begitu dekat. Kita tak terpisahkan. Kita adalah satu.

Kamu tahu? Saya pernah, lho, benci sama kamu. Kadang saya menganggapmu tak adil, karena kamu tidak selalu memberi apa yang saya inginkan. Beberapa kali (okay, sering malah) saya memakimu. Mengutukmu karena merasa tidak puas dengan apa yang saya dapatkan. Tapi kamu tak pernah marah. Kamu terus mengalir, dan akhirnya saya memutuskan untuk berhenti mencaci dunia, kemudian ikut mengalir bersamamu.

Kamu tahu? Saya menikmati setiap detik kebersamaan kita. Sangat. Walaupun semua itu tak pernah terverbalkan dari bibir saya. Bukankah tidak semua perasaan di dunia ini perlu diungkapkan? Kadangkala kita hanya perlu menyimpannya dan menghayatinya, menikmatinya tanpa perlu kata-kata.

Kamu tahu? Saya sayang kamu. There, I said it. ;-)

Maafkan saya, ya, karena kemarin-kemarin sempat jenuh dengan kamu. Saya terjebak dalam kebosanan yang amat-sangat. Saya kehilangan rasa. Kehilangan makna. Kehabisan energi. Saya lelah melangkah dan hanya ingin duduk di pinggir jalan. Tidak menanti siapa-siapa. Saya hanya ingin berhenti berkejaran dengan waktu dan rehat sejenak. Tapi ternyata kamu punya kejutan lain untuk saya.

Saat saya berhenti, kamu justru menghampiri saya dengan sebuket keindahan yang tak pernah terduga. Keindahan yang tak terselami oleh akal yang selalu haus menilik dengan rasio dan mengukur kebahagiaan berdasar apa yang terlihat oleh mata lahiriah.

Dengan caramu sendiri, kamu mengingatkan bahwa saya sudah memiliki cukup. Berlari mengejar mimpi itu baik, namun ada kalanya saya perlu beristirahat. Bagaimanapun, yang terpenting adalah perjalanannya, bukan hasil akhirnya. Melalui berbagai peristiwa, kamu mengingatkan saya untuk bersyukur, lagi dan lagi.

Terima kasih, ya. Untuk keberadaanmu. Untuk setiap makna yang kamu berikan pada saya. Untuk setiap bahagia, tawa, tangis dan keluh yang kita bagi bersama. Untuk derai airmata yang menyimpan rangkaian makna: haru, gembira, senang, sedih, sakit. Terima kasih telah memberikan kesempatan pada saya untuk mengecap semuanya dan mensyukuri setiap detik yang begitu berharga dalam helaan nafas ini.

Kamu tahu? Tak pernah saya merasa begitu bersyukur dapat merasakan semilir angin dingin saat hujan lebat. Tak pernah saya begitu menikmati pagi hari di balkon sambil menonton anak tetangga bermain. Tak pernah saya mengira akan merasa nyaman mendengarkan gemercik air di kamar mandi pukul 6 pagi. Tak pernah saya menyangka akan senang mencium aroma terasi digoreng sambil mendengarkan celetukan-celetukan konyol sana-sini. Tak pernah saya menduga akan menemukan kehangatan di antara persona-persona yang jauh berbeda satu sama lain.

Terima kasih, ya. Untuk segala keindahan yang kamu beri. Untuk setiap bahagia yang kamu bawa. Untuk nikmat yang tersembunyi dalam tiap proses dan pembelajaran. Untuk secercah cahaya yang tak pernah berhenti menyinari hati ini. Sungguh, terima kasih.

Kamu tahu?

Saya jatuh cinta lagi. Dengan kamu. :-)


*Dipersembahkan untuk Kehidupan. Mari berhenti sejenak dan beristirahat di pinggir jalan. Resapi warna bunga, hayati semilir angin, nikmati hijau rerumputan, dengar kicau burung, dan bersahabatlah dengan mentari dan hujan. Life is beautiful. Indeed. ;-)

12 Juni 2008

Berita

Di Mana Habib Rizieq dan Abdurrahman Wahid Sebelum Kasus Monas

Apa yang dilakukan Habib Rizieq dan Abdurrahman Wahid beberapa hari sebelum pecahnya bentrokkan di Monas, Ahad, 1 Juni 2008, bisa dijadikan cerminan siapa yang berjuang membela agama Allah SWT ini dan mana yang malah berada di sisi musuh Allah SWT? Inilah faktanya:

Habib Muhammad Rizieq Syihab

Sejak pertengahan Mei 2008, Habib Rizieq memiliki kesibukan tersendiri dengan pengacara Indra Sahnun Lubis, SH, sahabatnya. Keduanya bukan tengah mengurus masalah hukum, namun tengah mempersiapkan seorang selebritis yang mau kembali ke Islam.

Kepada sang artis, Habib berkali-kali menanyakan apakah dirinya memang sungguh-sungguh ingin kembali ke Islam, bukan dengan paksaan atau ada motivasi lain selain hidayah dari Alah SWT. Sang artis, bernama Steve Emmnauel, berkali-kali pula menyatakan keseriusannya dan menegaskan jika keinginannya itu keluar dari hati nuraninya sendiri. Bukan paksaan siapa pun.

Akhirnya, pada hari Sabtu, 24 Mei 2008, didampingi oleh Pengacara Indra Sahnun Lubis, Steve Emmanuel mengucapkan dua kalimah syahadat di depan Habib Rizieq, puluhan anggota FPI, dan para wartawan. Setelah bersyahadat, Steve memilih nama baru "Yusuf Iman". Menurutnya, nama tersebut dipilih Steve alias Yusuf Iman karena terinspirasi oleh Cat Steven, seorang penyanyi ternama Inggris yang kembali ke Islam dan mengubah namanya menjadi Yusuf Islam.

"Alhamdulillah, saya senang, bahagia, merasa excited. Sebentar lagi mau bulan puasa, mungkin ini jadi awal yang baik untuk saya, " ujar Yusuf Iman usai resmi mengucap dua kalimah syahadat. Kini Yusuf Iman mengisi hari demi hari dengan mendalami Islam bersama seorang Ustadz yang ditunjuk untuk membinanya.

Abdurrahman Wahid

Awal Mei 2008, Abdurrahman Wahid terbang ke Amerika serikat memenuhi undangan Simon Wiesenthal Center (SWC), sebuah LSM Zionis garda terdepan di AS. SWC akan menganugerahkan Medal of Valor, Medali Keberanian, buat Durahman yang dianggap sangat berani membela kepentingan Zionis di sebuah negeri mayoritas Muslim terbesar dunia bernama Indonesia.

Dalam konferensi pers di Gedung PBNU Jakarta, sebelum keberangkatannya, Durahman menyatakan bahwa kepergiannya ke AS selain untuk menerima penghargaan tersebut juga akan merayakan seklaigus mengucapkan selamat atas kemerdekaan negara Israel ke-60. Durahman bukannya tidak tahu jika kemerdekaan Israel merupakan awal dimulainya teror, pembunuhan, pemerkosaan, pengusiran yang dilakukan teroris Zionis Yahudi terhadap ratusan ribu hingga jutaan warga Palestina yang sampai detik ini masih jutaan jumlahnya yang menjadi pengungsi di negeri-negeri sekitar tanah airnya. Tapi Durahman telah memilih posisi sebagai sekutu Zionis-Israel, bukan Palestina.

Acara penganugerahan medali tersebut dilakukan dalam sebuah acara makan malam istimewa yang dihadiri banyak tokoh Zionis Amerika dan Israel, termasuk aktor pro-Zionis Will Smith (The Bad Boys Movie), di Beverly Wilshire Hotel, 9500 Wilshire Blvd., Beverly Hills, Selasa (6 Mei), dimulai pukul 19.00 waktu Los Angeles.

Sebagai tuan rumah adalah Rabbi Mervin Hier (Pendiri SWC dan Rabbi paling berpengaruh di AS 2007-2008), yang dengan tangannya sendiri mengalungkan medali tersebut ke leher Durahman. Durahman sendiri, sambil terus duduk di kursi rodanya, tersenyum dan mencium dengan penuh takzim medali tersebut. Inilah seorang manusia yang bernama Abdurrahman Wahid, tokoh sentral dalam AKKBB.

Sudah sedemikian jelas sekarang, siapa yang memperjuangkan Islam dan siapa yang memilih bersekutu dengan musuh-musuh Allah SWT. Masihkan Anda ragu mengambil posisi dalam perjuangan ini? (rz)

Kepartaian


PKS adalah Masa Depan
Oleh: M. Anis Matta (Ketua Tim Pemenangan Pemilu Nasional)

Ustadz memulai dengan “Saya rasa antum tidak perlu taujih, visi misi sudah jelas, kita hanya tinggal menunggu takdir baik kita di 2009”. Takdir bukanlah sesuatu yang kita ciptakan, akan tetapi ia sesuatu yang kita ‘ikut’ ciptakan. Antara kehendak kita yang kits harapkan bertemu dengan kehendak Allah.
2009 adalah tahun keajaiban bagi banyak orang, banyak orang2 diluar PKS mengatakan 20% terlalu besar untuk PKS. Ikhwah di DPP bilang: “hanya keajaiban yang buat kita bisa dapat 20%”, saya bilang: “maka keajaiban itu harus kita wujudkan 2009 nanti. Bahkan, kalau 20% itu keajaiban, maka kita ingin melampaui keajaiban itu. 20% adalah angka yang harus kita lampaui akhi.”
Kita adalah anak2 muda. Anak-anak muda ada untuk menciptakan keajaiban, partai ini bertugas untuk ciptakan keajaiban. 20% adalah tugas sejarah untuk kita. Umar ibn Khotthob pernah mengatakan: “setiap saya menghadapi masalah yang rumit, saya panggil anak muda”

SBY pernah ditanya: “kenapa minta didukung PKS?” jawabnya: “saya butuh dukungan moril dari PKS” –beliau tahu, bahwa kita ini tidak bisa diharapkan untuk dukungan dana, karena PKS gak punya duit.

Tahun ‘70-an presiden Korsel Park Jung He ke aceh, dia lihat ayat Qur’an di sebelah baiturrahman: “Innallaah laa yughoyyiru maa biqoumin, hatta yughoyyiru maa bi anfusihim” –beliau bertanya; “artinya apa?”, “Tuhan tidak mengubah keadaan suau kaum, sampai kaum itu yang mengubah keadaannya sendiri”. Jadilah ayat itu dicatat, kemudian dibawa ke Korsel untuk dijadikan slogan resmi pemerintah; “Tuhan tidak mengubah keadaan korea selatan, sampai rakyat korea yang mengubah keadaannya sendiri”. Padahal hanya satu ayat tapi luar biasa hasilnya sekarang. Kalau kita karena kebanyakan ayat, ada 6666, jadi bingung mau mulai dari mana.

Pendiri republik ini adalah anak muda, hanya saja pemuda yang memulai dan melaksanakan reformasi tidak memimpin reformasi. Ini yang salah. Ini menimbulkan ketidakpastian, maka inilah tanggungjawab kita untuk mengakhiri ketidakpastian. Mereka yang mengisi era pasca orba adalah orang yang menghabiskan 30 tahun hidupnya di orde baru, ini dalam bahasa manajemen disebut dismatch/diskontinu .

Karena realitas berubah, tapi pikiran tidak berubah.

Gaya kepemimpinan yang ditawarkan PKS adalah egaliter, demokratis. Dalam politik indonesia belakangan, parpol tidak tawarkan sesuatu yang baru bagi masyarakat, sehingga Suharto bisa naik kembali menjadi presiden Indonesia yang paling dicintai rakyatnya diantara presiden2 republik ini yang pernah ada. Kami menyebut masa ini sebagai: kepemimpinan nasional yang disconnecting dengan bangsanya sendiri.

Maka kami tegaskan, bahwa 20% ini bukanlah angka, tetapi simbol dari tekad.

Ketika Hasan al Banna memulai dakwahnya di Mesir, saat itu mesir masih dijajah Inggris. Imam syahid mengawali dengan 7 sasaran dakwah, dan poin ke-7 adalah Ustadziyatul ‘alam. Sebuah cita-cita besar. Bangsa yang sedang dijajah ingin menjadi guru bagi peradaban manusia. Ini menghasilkan utopia, yang mana orang2 bersahaja saat itu percaya bahwa hal ini bisa diwujudkan, meskipun tidak pada masa mereka.

Hampir seratus tahun kemudian, 80 tahun sekarang, IM menjadi jama’ah yang legendaris karena cita-citanya jauh mendahului langkah kakinya. Karena orang itu dipimpin bukan oleh seorang al Banna, tetapi oleh ide-ide besar.
Seorang guru pernah membawa mangkuk besar kemudian diisi batu-batu besar sambil bertanya pada murid2nya: “apakah mangkuk ini sudah penuh” –sudah, jawab muridnya. Kemudian sang guru mengisi mangkuk itu dengan pasir, dan pasir itu memenuhi sela antara batu-batu besar, kemudian sang guru kembali bertanya:“sudah penuhkah mangkuk ini?” –kali ini murid terpecah menjadi dua; ada yang bilang sudah, ada yang bilang belum, meskipun tidak tahu dimana belumnya. Kemudian guru itu menyiramkan air kedalam mangkuk, dan air itupun membasahi pasir dan memenuhi mangkuk itu sekali lagi.

Kemudian guru itu mengambil mangkuk yang baru, dan diisinya dengan pasir, sejenak kemudian ia berkata: “apakah mangkuk ini masih muat untuk batu2 besar ini?”-spontan para murid mengatakan :”tidak”, -“maka seperti itulah kepala kita, jika kita isi dengan hal-hal yang kecil, maka ia tidak akan pernah sanggup diisi oleh ide-ide besar. Fikirkanlah ide-ide besar, maka hal yang kecil akan termuat dengan sendirinya.”

Lalu kenapa PKS harus diiberi kesempatan memimpin republik ini?

Jawabannya tidak ada kecuali karena satu hal: “Keadilan” ; karena jika kita sudah melihat para pemimpin lain sudah pernah gagal, tolong beri satu kesempatan pada kader-kader PKS untuk memimpin bangsa ini dan ikut gagal bersamanya.
Tapi jika kita bisa mengubah itu? Kita tidak butuh terima kasih dari Indonesia.
Islam dan keIndonesiaan harus menjadi satu, setiap jengkal wilayah teritorial republik ini adalah lahan dakwah kita.
Islam dan keIndonesiaan ibarat isi dan kulit, ibarat makna dan kata.
Ini adalah cerita kita sekarang, cerita bagaimana kita mulai sejarah kemenangan dan menutupnya, cerita tentang bagaimana PKS menyiasati semua keterbatasannya. Memenangkan pemilu 2009 adalah tugas sejarah bagi PKS.
Jika kita membayangkan layar komputer atau display HP di masa depan. Fitur apakah yang kita inginkan terpampang sebagai fitur utama? Jika Layar komputer dan display HP itu adalah indonesia, maka kita ingin PKS menjadi fitur utamanya.

PKS adalah fitur masa depan Indonesia.


Hal ini dikarenakan 2 hal: Ide besar dan great performance. Semua ini ada di PKS. Dan partai apapun yang mampu tawarkan solusi bagi Indonesia akan memimpin republik ini.
Banyak orang makan, sampah akan banyak, sampah adalah problem. Partai yang bisa memberikan solusi untuk sampah: adalah masa depan. 230 juta penduduk indonesia dan terus bertambah, membutuhkan lapangan kerja, mengakibatkan pengangguran. Partai yang bisa memberikan solusi untuk pengangguran: adalah masa depan.

PKS adalah simbol dari ide-ide besar dan kinerja-kinerja besar.

Soekarno mampu memimpin bangsa ini 20 tahun. Kenapa? Karena legendaris, berfikir tidak seperti orang lain berfikir, Soekarno memikirkan revolusi. Soeharto 32 tahun? Kenapa? Karena ide besar itu bernama pembangunan. Kenapa para Presiden republik ini yang menjabat setelah reformasi hanya bertahan 12-16 bulan? Karena mereka berfikiran pendek dan tak ada ”narasi besar” dalam fikiran mereka.

Penafsiran tunggal bahwa reformasi adalah antitesis dari orde baru adalah kesalahan. Orde lama dan baru memiliki kekurangan, sebagaimana mereka juga memiliki kebaikan. PKS adalah matchmaker, PKS mensintesa kebaikan-kebaikan periode sebelum reformasi. Kita mensintesa demokrasi dan kesejahteraan. Demokrasi orde lama yang mengeliminsai kesejahteraan, dan kesejahteraan orde baru yang mengeliminasi demokrasi.

Jika PKS bisa mewujudkan sintesa ini,Maka Kita adalah Masa Depan

PKS menggabungkan orde lama yang adil tapi tidak makmur, dan orde baru yang sejahtera tetapi tidak demokratis. Maka nama partai ini adalah Partai Keadilan Sejahtera. Jika sekarang kita membuat program “PKS mendengar”, sudah saatnya kita memulai ujung dari program ini, yaitu “PKS bicara”

Muhammad Iqbal dalam sebuah puisinya berkata:
Tuhan,
Ajarilah kami kembali ajaran tentang cinta.
Biar kami bisa kumpulkan lidi-lidi yang berserakan ini menjadi satu


Kita adalah simbol perekat yang akan memimpin reformasi.

Lidi kita adalah lidi yang bersih, tapi belum mampu bersihkan kotoran. Kita harus bersatu dengan lidi lain yang meskipun masih kotor tapi kita membentuk sapu lidi bersama. Itulah yang dituntut dari PKS sebenarnya, tidak hanya bersih, tetapi juga membersihkan. Kenapa reformasi jalan di tempat? Karena semua orang yang punya potensi tidak tahu dimana tempatnya.

KPK anggarannya 78 M setahun, tapi uang yang dikembalikan ke pemerintah dari korupsi setahun 24 M. Kasus BI adalah uang 100 M, tetapi anggaran untuk mengembalikan kepercayaan pasar dan menstabilkan pasar akibat skandal itu yang harus dikeluarkan BI adalah 5,5 M $. Padahal 100 M itu hanya 10 juta $ paling banyak. Ini cara membunuh nyamuk dengan meriam.

Kita selalu menjadi yang pertama di tempat bencana, tapi sendirian disana tidaklah cukup, kita harus menjadi unsur perekat yang membuat seluruh warga indonesia peduli, itu baru cukup.

Berkumpul tanpa dipimpin itu seperti kita hadir dalam sebuah dauroh, tempat sudah penuh, tapi tidak ada yang membuka dan memimpin acara, tak ada yang dikerjakan bersama, semua hanya datang dan berbicara diantara mereka tentang kebaikan dan kerja bersama. Perkumpulan tersebut adalah sia-sia.

Maka matchmaker ini harus dibarengi dengan satu kemampuan lain: Inovator

Inovator adalah berfikir lebih cepat. Fikiran kita mendahului langkah kita dan langkah orang lain, bahkan langkah semua orang di republik ini.

Seorang ulama dakwah menyatakan:
“Jika satu jama’ah itu hanya dipenuhi oleh massa yang banyak, maka jama’ah itu akan punya jangkauan tangan dan kaki yang panjang tapi jangkauan mata yang pendek, sehingga sering tersandung dan jatuhlah jama’ah itu. Sebaliknya jika sebuah jama’ah itu hanya punya massa yang sedikit, meskipun banyak intelektual maka jama’ah itu akan memiliki jangkauan mata yang luas tetapi jangkauan tangan yang pendek, sehingga hanya bisa berangan-angan tapi kemudian bersedih”

Maka Ibnu Qayyim mengatakan tidak boleh melihat akhwat, karena itu akan mewariskan kesedihan. Pandangan mata akan diikuti hasrat, tetapi hasrat diikuti ketidakberdayaan. Maka ia hanya akan mewariskan kesedihan.
Kita memiliki semua yang dibutuhkan masyarakat; massa besar, tertib, santun, militansi, visi misi, kesetiaan, ketaatan, semua.

Mengapa Zhilal itu legendaris? Karena ia mengembalikan makna wahyu, bahwa al-Qur’an diturunkan ayat demi ayat untuk menjawab setiap dimensi kemanusiaan yang terjadi dikalangan sahabat. Bahwa wahyu selalu mendahului langkah kaki para sahabat.

Dua tahun sebelum fathu makkah, Allah sudah menurunkan ayat: “inna fatahna …” –jika sampai masanya kalian akan masuk baitullah dengan aman. DR. Said Ramadhon al Buthi dalam Fiqhu Shirah menjelaskan bahwa pada saat ayat tersebut diturunkan, mayoritas sahabat tidak tahu apa arti dari ayat tersebut. Sampai mereka mengalaminya 2 tahun kemudian dan tersadar bahwa Al-Qur’an telah mendahului mereka.

Perang Uhud sudah diramalkan 1 tahun sebelumnya pada surah Al-Anfaal, Allah sudah memperingatkan kaum muslimin agar tidak tergoda. Kenyataannya setelah perang itu benar-benar terjadi dan menyebabkan Hamzah bin Abdul Mutholib –paman nabi, Mush’ab bin Umair –sahabat yang sangat dicintai Nabi, dan 70 sahabat syahid. Allah tidak kemudian menghinakan, tetapi turun ayat “laa khoufu, walaa tahzanu…”

PKS akan menjadi inovator hingga nanti di republik ini masyarakat non-muslim akan mengatakan: “Perbedaan agama sudah tidak relevan sekarang”, dan masyarakat Muslim akan mengatakan: “Memang andalah yang menampilkan Wajah Islam dengan benar”

7 Kata kunci strategi pemenangan pemilu 2009 tidak perlu dihafal sebagaimana antum hafalkan al-Fatihah. Hanya butuh keyakinan & senyuman, kemudian rasakan aura kemenangan dan sebarkan itu kepada para kader dakwah.

Itulah yang dirasakan para sahabat yang berperang bersama Kholid bin Walid, mereka tidak pernah bertanya strategi, taktik, tahapan seperti apa. Berperang bersama akh kholid saja itu sudah cukup. Begitulah semangat dengan keyakinan.

Khalid bin Walid ketika membebaskan Palestina diajak berunding oleh para pendeta, pendeta itu tahu bahwa mengalahkan Khalid dalam peperangan adalah mustahil, maka mereka berniat meracun Khalid bin Walid. Khalid tahu persis itu yang para pendeta itu lakukan, akan tetapi Khalid tetap meminum air beracun itu untuk mengatakan pada musuh Allah itu: ”Dengan izin Allah, racun ini tidak akan membunuhku”, sambil membaca do’a yang setiap hari kita baca dalam ma’tsurat: “Bismillaahilladzii laa yadhurru ma’asmihi syai’un fil ardhi walaa fis samaa’ wahuwas samii’ul ‘aliim”

Di Afrika, semua rusa bangun di pagi hari dengan satu kesadaran, bahwa jika mereka tidak berlari lebih kencang dari singa, maka mereka akan mati dimakan. Di Afrika, semua singa bangun di pagi hari dengan satu kesadaran, bahwa jika mereka tidak berlari lebih cepat dari rusa, maka mereka akan mati kelaparan.
Di Indonesia, semua petinggi partai lain bangun di pagi hari dengan satu kesadaran, bahwa jika mereka tidak berlari lebih cepat dari PKS, maka konstituen mereka akan habis, dan PKS akan menang di 2009.
Kita telah menyampaikan pesan pada mereka melalui ratusan pilkada di daerah, bahwa setiap kita menang, kita memperolehnya dengan sarana yang pas-pasan.
Dan ketika mereka menang, mereka membayarnya dengan harga yang terlalu mahal. Pesan itu telah jelas di kepala mereka: “Pertarungan jangka panjang melawan PKS bukan suatu pekerjaan yang mudah”. Dalam keadaan miskin saja mereka harus setengah mati kalahkan kita.

Sekarang ini pesan-pesan ini telah sampai, pasca mukernas bahkan orang partai lain sudah berfikir: “PKS sudah masuk kandang kita”. Top ten media adalah Mukernas, 5 dari narasumber terbanyak yang dihubungi selama pekan ini oleh media adalah PKS.

Dan ini semua hanya ‘isyarat pendahuluan’.

Sejarah seperti apa yang ingin kita tulis? Mari berimajinasi, saat 20, 30, 40 tahun lagi guru SD IT bercerita tentang sejarah hari ini kepada cucu-cucu kita, “dahulu kala..
ada sebuah partai..”. Maka ending cerita ini jelas, bahwa 20% adalah tugas sejarah untuk kita.

Sepanjang tahun saya selalu ditanya oleh Suara Pembaharuan dengan pertanyaan yang sama: “Apakah anda ingin membuat partai lagi jika PKS tidak lolos ET?”, maka saya menjawab: “jika 1999 kemarin kita tidak lolos kemudian kita membentuk PKS, maka 2004 kami akan membentuk Partai Keadilan dan Sejahtera dan Kebahagiaan, dan jika 2009 kita masih tidak lolos juga, kami akan membentuk Partai Keadilan dan Sejahtera dan Kebahagiaan dan Kehormatan”

Wa antum a’lamu inkuntum mukminiin, kemudian pertanyaan itu sekarang berubah: “Apakah PKS siap memimpin republik ini?”… kita menjawab: “20% adalah cerita yang kita buat hari ini” ■


VISI

MUSLIM NEGARAWAN DAN PERSPEKTIF UMMAT ISLAM DALAM MENGELOLA NEGARA

TELAAH PETA PERPOLITIKAN UMMAT ISLAM DALAM MENGELOLA NEGARA 1

Oleh Purwo Santoso[1] dan Nasiwan[2]

Penulis memiliki hipotesis bahwa spirit dari acara ini adalah untuk menghapuskan hegemoni diskurusus muslim bukan partisipan, orang Islam (komunitas Islam) memiliki hak yang sama dengan elemen bangsa lainya untuk memakai predikat negarawan, yang disebut sebagai ’ muslim itu negarawan’. Spirit tersebut dalam dibaca sebagai standing position untuk melakukan ikhtiar dekonstruksi terhadap diskursus yang selama ini sudah mapan.Diskursus yang diproduk oleh negara dan para aktor negara yang selama beberapa periode berkempatan mengelola negara Indonesia.

Ikhtiar dan kerja-kerja intelektual untuk melakukan pembongkaran terhadap diskursus yang sudah mapan sangat penting untuk memberikan payung intelektual bagi membuka keterlibatan Muslim dalam menggunakan dan mengelola negara yang bernama Indonesia. Basis argumentasi yang mapan bagi keterlibatan dan hak moral Orang Islam dalam menggunakan negara atau bekerja dalam rangka negara sangat penting dan strategis. Hal tersebut antara lain dikarenakan selama Indonesia berdiri ada semacam diskursus yang tidak balance, tentang penggunaan kata negarawan, seolah-olah bukan untuk para aktivis Islam, mengapa?

Dalam kontekstasi antar ideologi yang hidup di suatu bangsa, khususnya untuk konteks Indonesia dalam waktu yang panjang demikian jika Islam diposisikan sebagai ideologi, sementara itu juga ada idoelogi lain seperti nasionalisme, sosialisme, maka kemusliman-keislaman seseorang sering kali menjadi barier untuk tampil dalam politik Indonesia.

Ideologi Islam yang biasanya dipadankan dengan perjuangan menegakkan syariah Islam (piagam Jakarta), yang diangkat oleh para aktivis Islam khsusnya partai-partai Islam, seolah-olah menjadi langkah untuk membentuk citra tidak berhak atau setidak-tidaknya dipertanyakan jika para aktivisnya memakai sebutan negarawan. Pendek kata Pintu syariah versus non syariah dalam wacana hampir selalu dimenangkan oleh kelompok non syariah. Para aktivis yang mengusung non syariah seolah lebih berhak menjadi negarawan.

Probelematika negara Islam ? berkaitan dengan isu syariah Islam, hal ini ada kaitannya dengan problematika Negara Islam. Yakni dengan lebel negara Islam tidak serta merta ajaran Islam dan ummat Islam menjadi semakin berkualitas, jika Islam itu hanya dijadikan sebagai komoditas saja. Maksudnya Islam hanya dijadikan sebagai mobilisasi loyalitas umat dalam momen-momen politik.

Masuk pada pertanyaan mendasar yang menjadi tema sentral diskusi menurut penulis perlu dipertanyakan, Muslim negarawan mungkinkah? Jawabannya adalah Mengapa tidak? Persoalanya pada sisi empiris politik di Indonesia, oleh berbagai kekuatan politik yang ada, dijumpai suatu realitas politik yang menyatakan kurang lebih bahwa Politik Islam selalu dipersepsikan sebagai partisisan, faksional.

Pertanyaan berikutnya berkaitan dengan wacana peminggiran politik Islam mengapa wacana -- pengetahuan kolektif-- masyarakat Indonesia berpandangan bahwa Islam itu partisan kelompok tertentu bukan aktor yang pantas mewakili negara. Sekiranya ada aktor dari kalangan Islam yang mewakili negara atau masuk bekerja dalam ranah negara tetap saja ada semacam gugatan atas kenegarawannya. Tetap ada tanda tanya?

Mengapa wacana itu melekat?

Hal tersebut antara lain dapat dijelaskan melalui struktur pemaknaan politik Islam yang diposisikan hanya sebagai sub dari politik negara, gambaran tersebut antara lain terlukiskan dalam buku klasik karya Lance Caslte dan Herbet Fieth, “Pemikiran Politik Indonesia”, dan karya –karya para sarjana lain yang datang sesudahnya, berbeda dengan pandangan komunitas Muslim dalam banyak pengkajian yang berkeyakinan ‘ Islam kaffaah ‘ fakta empirisnya belum sejalan dengan keyakinan umat Islam.

Padahal sebagaimana diketahui Wacana itu merupakan software untuk menggiring perilaku konkrit. Hal tersebut didukung oleh adanya kenyataan banyak orang merasa tidak bersalah memiliki pandangan atau setuju dengan pandangan bahwa politik Islam adalah sub dari institusi lain, itu bukti bahwa wacana mengendalikan perilaku.

Warisan sekulerisme hadir di Indonesia dan mengkerangkai cara berfikir kita tentang negara. Bukti adanya kekuatan sekularisme dapat dilacak pada adanya kenyataan terjadinya ketegangan Islam dan nasionalis pada tahun 1950-an yang efeknya masih terasa sampai hari-hari ini. Dalam kontestasi ini ternyata Ummat Islam tidak bisa mengendalikan frame yang digunakan untuk mengarahkan masyarakat Indonesia, khususnya para elitnya.

Dengan demikian tidak salah kiranya jika dinyatakan bahwa Muslim negarawan itu merupakan perjuangan pada arus lembut (software) untuk perjuangan diaras lain, seperti ekonomi, politik, kebudayaan, dan aspek-aspek kehidupan lainnya. Jika umat Islam tidak berhasil membongkar hegemoni pemikiran – diskursus—yang selama ini bercokol dalam benak pemikiran masyarakat Indonesia maka keberhasilan perjuangan pada aspek lainya menjadi sempit peluang keberhasilannya. Dalam jangka panjang ketika secara akumulatif diskursus politik kenegaraan tertutup bagi peran-peran aktivis Muslim, maka tinggal soal waktu peran –peran secara real dalam politik kenegaraan akan tertutup.

II

Bagaimana cara membongkarnya? Pembongkarannya dapat dirunut dengan membaca ulang secara kritis bahwa kehadiran negara kebangsaan ’nation state’ yang pada saat nanti menjadi pijakan –lapangan bermain (kompetisi) antara berbagai aktor yang menisbahkan dirinya dengan negara, dalam kehidupan politik modern dikerangkai dengan tatanan sosial yang disebut demokrasi. Dengan kata lain pintu masuk untuk bisa menggunakan instrumen negara secara syah adalah hanya melalui tatanan demokrasi (the only one game in town).

Dalam frame nation state yang dirangkai dengan tatanan demokratis, peluang pintu masuk untuk menggunakan instrumen negara bagi berbagai kelompok masyarakat, termasuk masyarakat Islam adalah melalui partai politik. Tidak banyak tersedia pilihan lain kecuali lewat partai politik. Disinilah titik persoalan dan dilema mulai ditemukan.

Mengapa yakni karena muslim harus lewat pintu partai, dalam memasuki ranah negara, oleh karennya menjadi berpeluang dan diberi cap partisan.Tidak merupakan wakil seluruh warga bangsa dan karena hal tersebut menjadi banyak kendala untuk lahir menjadi Muslim negarawan dari kalangan aktivis Partai Islam di IndonesiaMenghadapi kondisi yang komplek ini, kita perlu bertanya masih adakah secercah harapan untuk memulai langkah-langkah dekonstruksi? Dalam pandangan penulis sebenarnya dalam sejarah gerakan Islam di Indonesia cukup tersedia eksperimen yang bisa menjadi inspirasi untuk melakukan dekonstruksi hegemoni yang meminggirkan Islam. Eksperimen yang dimaksud adalah adanya strategi gerakan dakwah politik kultural yang lebih populer dengan istilah kembali ke khittah NU 26. Dalam konteks pembahasan ini gerakan kembali ke khitah 26 dapat dibaca sebagai benih-benih pemikiran agar keislaman seseorang tidak menjadi barier untuk menjadi negarawan di Indonesia ( Islam subtansial). Demikian juga langkah yang sama dilakukan oleh Muhammadiyah dengan kembali ke khittoh 1971, serta gerak Dewan Dakwah Indonesia pada era pemerintahan Orba dalam batas tertentu dapat dibaca sebagai untuk melakukan dekonstruksi hegemoni yang memonopoli pengelolaan negara untuk kelompok tertentu.

Mempertimbangkan dilema dan kompleksitas persoalan yang dihadapi oleh ummat Islam mungkin bermanfaat untuk dipertimbangkan suatu pandangan bahwa Keislaman itu tidak harus dinilai dari syariah, tetapi keislaman itu dapat dimulai dari sisi akhlak, yang kemudian menjadi kenyataan sosiologis, menjadi perilaku masyarakat yang kemudian pada tahapannya menjadi norma, lembaga, dan sruktur sosial, ekonomi dan harus diakomodasi dalam berbagai kebijakan negara.

Partai-partai Islam seperti halnya PKS, PPP dll berada dalam posisi unik karna pada satu sisi masuk wilayah partai siap untuk dicap sektarian tetapi inline untuk menjadi negarawan, dengan demikian tingkat kesulitan yang dihadapinya menjadi lebih rumit. Pintu masuk ke wilayah negara bisa melalui organisasional (semisal partai, ormas) dengan demikian kehadirannya dalam ranah negara bukan hanya kebetulan tetapi by desain, dengan segala perlengkapan intelektual yang dibutuhkan.

Dalam konteks ini maka kaderisasi pemimpin perlu dilakukan dengan dua wajah, yakni melalui partai, agar tahu medan politik (keakuan) sebagai kelompok umat, tetapi juga pada saat lain menduduki jabatan simbolik sebagai representasi negara, supaya muncul ’kekamian’ keindonesiaan?Apakah parta partai Islam (PKS,PPP,PBB) dan lainnya sudah melakukan pengkaderan model itu.

Perlu disadari bahwa negara yang demokratis tidak akan terwujud jika setiap faksi behenti dan selesai pada berfikir model faksi”keakuan ’saja, melupakan berfikir kekamian. Memperkuat pernyataan diatas dapat disimak bahwa agenda reformasi yang telah dikumandangkan menjadi berceceran karena hampir setiap orang berfikir keakuan saja ( banyak orng membuat partai hanya dalam kerangka keakuannya kelompoknya saja) dan ini cermin miskinnya negarawanan di Indonesia. Kecenderungan praktek politik sekarang lebih banyak memperagakan pintu politik yang faksionalis

Bagaimana dengan aktor politik yang disebut ’Tentara’, tentara dilihat dari historisnya itu berasal dari gerakan rakyat. Oleh karenanya TNI legitimet berpolitik atas nama negara, tetapi ketika berpolitik berubah menjadi faksi yang menyusup melalui DPR pada jaman Orde Baru. Dan baru pada era reformasi sampai sekarang kembali ke barak. Di era pasca reformasi kalau kembali berpolitik tentara berpolitik dengan politik ”negara”.

Patut dicermati pula bahwa ada sinyalemen bahwa tentara seolah -olah membagi peran yakni pensiunan masuk politik sebagai katup pengaman, jika terjadi perkembangan yang tidak dikehendaki tentara sudah ada yang berada dalam wilayah politik. Terkait dengan peran sentral tentara pelu dicermati ulang bahwa tawaran format menjadi negarawan ala orde baru, yang berlangsung sekitar 30 tahun adalah bukan melalui partai. Bahkan dengan cara melumpuhkan partai. Seakan memperagakan bahwa keutuhan Indonesia dikelola oleh tentara melalui lembaga yang zatnya partai tetapi namanya bukan partai, karena tatanan seperti itu tidak diterima secara luas maka tentara diminta kembali ke barak, tentara profesional tapi juga menghadapi masalah baru tidak punya anggaran.

Bagaimana negarawan secara real ada dalam politik indonesia? Kiranya dapat dinyatakan bahwa negarawan tidak bisa lepas dari politik. Siapapun yang akan menjadi negarawan harus mampu mengarungi medan politik. Sampai sejauh ini Muslim belum bisa menjadi icon negarawan, karena terjebak politik identitas, politik muslim, dipertontonkan lebih untuk menggalang mobilitas loyalitas secara periodik untuk kursi, politik muslim tersesat loyalitas kelompok, tidak menggarap nilai substansi Islam, termasuk politik identitas negara Islam.

III

Muslim negarawan adalah mengelola negara dengan akhlak Islam. Dalam konteks berfikir negara maka mensubsidi orang miskin melalui birokrasi, melalui data based yang jelas, melalui anggaran,yang kemudian hadir dalam kebijakan, serta standar operasional. Orang bisa menjadi Indonesia (nasionalis, negarawan) dan menjadi muslim yang baik. Kecuali ada eksepsi dalam hal aqidah.

Birokrasi selama ini belum bekerja untuk menjadi instrumen negara menjadi orang Islam menjadi negarawan, kalau ada isntrumen negara untuk menjalankan membela orang Miskin dan sejenisnya maka berimpit dengan nilai-nilai Islam. Kemudian berujung pada kebijakan publik, tidak disadari oleh partai, seharusnya materi pengkaderan partai menuju agar birokrasi menjadi insrtumen bagi pembela orang miskin. Negara bisa menjadi instrumen. Bisa di nilai dengan nilai-nilai apapun. Hal teresebut menjadi mungkin jika aktivis partai juga nenjadi sosial movement dan motor sosial movement bisa dari kalangan partai, betapa indahnya negeri ini kalau menjadi penggerak memproduk nilai.

Ada kerangka advanted politik dan penguatan negara. Dengan merujuk pada pespektif diatas kiranya perlu disadari bahwa Negara Islam bisa terjatuh pada perilaku membajak negara untuk kepentingan Islam. Kalau akhah Islam ada referensi sosiologis dulu baru dibuat pasalnya, selama ini diberi nama dulu sementara itu secara sosiologis belum ada.

IV

Disatu sisi ada nilai nilai konsep yang abstrak disisi yang lain ada kenyataan bahwa kepemimpinan yang diterima adalah kepemimpinan intelektual leadership, karena itu perlu ada prosedur yang dibakukan, dioperasionalkan. Islam menjadi manifest sebagaimana negara lain tetapi tidak harus diberi label Islam. Contoh tentang budgeting sebagai kholifah para aktivis Islam maka membuat anggaran negara yang memihak kaum dhu’afa, menjaga lingkungan, yang perlu dijabarkan dalam operasionalisasi di birokrasi. Untuk keperluan itu maka analisis dampak lingkungan perlu dipertimbangkan menjadi materi pengkaderan.

Pada akhir tulisan ini kiranya perlu ditegaskan pernyataan bahwa Teologi Islam menjadi referensi dan negara menjadi intrumen untuk menwujudkan, negara bukan untuk sekedar diduduki. Agenda tersebut kalaupun tidak langsung dilakukan oleh partai, tetapi bisa menjadi supporting agenda setting. Siapa aktornya???? apakah dosen ataukah mejelis syuro, terbuka banyak pilihan.

Simpulan mewujudkan Muslim negarawan agenda yang perlu dikawal kedepan. Cara mengawal dengan mempraktekan hal-hal yang bisa diwujudkan, mengakutualkan ajaran Islam secara kontekstual. Supaya kenegarawan Muslim terus bisa dipertahankan maka yang dilakukan bukan hanya mendudukan tokoh Islam tetapi reproduksi wacana Islam yang operasional, semua itu bisa terwujud jika menyepakati framework intelektual leadership, bukan merujuk pada orang tetapi dipimpin oleh ide intelektualitas.



[1] Dosen FISIPOL UGM, dan Pasca Sarjana, Pembantu Dekan bagian Akademik FISIPOL

[2] Dosen FISE UNY, Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Politik UGM.

Peranan Mahasiswa di Era Reformasi

PERANAN MAHASISWA DI ERA REFORMASI
Oleh M. IKHSAN SHIDDIEGY

MAHASISWA selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa. Roda sejarah demokrasi selalu menyertakan mahasiswa sebagai pelopor, penggerak, bahkan sebagai pengambil keputusan. Hal tersebut telah terjadi di berbagai negara di dunia, baik di Timur maupun di Barat.

Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para mahasiswa. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara mereka sendiri.

Misalnya, sekelompok mahasiswa di Cirebon melakukan aksi unjuk rasa menolak kenaikan tarif air PDAM ("PR", 9/12). Aksi tersebut merupakan contoh kecil dari cara penyampaian sikap gelisah yang dirasakan rakyat bawah. Bagi sebagian orang, isu kenaikan tarif air PDAM di daerah, mungkin dianggap tidak begitu penting dibandingkan dengan isu nasional lainnya.

Namun bagi mahasiswa, setiap peristiwa dapat menjadi isu penting, karena mahasiswa memiliki sikap yang khas dalam memandang persoalan di sekitarnya. Sikap kritis yang dimiliki mahasiswa seringkali memiliki paralelisme dengan kondisi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Mahasiswa tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Runtuhnya orde lama dan lahirnya Orde Baru tidak terlepas dari peran mahasiswa. Orde baru lahir dari sebuah harapan untuk perbaikan kehidupan politik, ekonomi, dan sosial. Namun, berbagai pergerakan mahasiswa tetap menghiasi cakrawala kehidupan berbangsa dan bernegara selama 32 tahun Orde Baru berkuasa.

Ketidakpuasan mahasiswa terhadap moralitas penguasa politik pada saat Orde Baru, telah menyulut berbagai pergerakan melawan tembok kekuasaan yang sangat kuat. Sikap represif para penguasa Orde Baru menyebabkan banyak mahasiswa yang ditangkap, tindakan seperti ini seakan mengaborsi lahirnya pemikiran-pemikiran kritis mahasiswa ketika itu.

Titik kulminasi pergerakan mahasiswa pada saat orde baru terjadi tahun 1998. Kontradiksi politik dan sosial selama Orde Baru telah menyulut gelombang perlawanan mahasiswa secara frontal. Di samping itu, hantaman kuat krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia pada saat itu, telah membuat semua pihak menaruh mosi tidak percaya atas kebijakan penguasa.

Idealisme mahasiswa yang terkubur selama 32 tahun telah mengalami kebangkitan pada bulan Mei 1998, yang ditandai oleh runtuhnya rezim Orde Baru. Berbagai peristiwa tersebut membuktikan betapa mahasiswa talah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah bangsa.

Setelah reformasi digulirkan oleh mahasiswa, Indonesia mendapatkan angin segar dalam pemerintahan. Kepemimpinan negara bergilir silih berganti, dari mulai B.J. Habibie hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Masing-masing penguasa tentu saja telah dan sedang memberikan yang terbaik bagi rakyatnya, namun dalam setiap periode pemerintahan tersebut sering kali terdengar suara-suara miring.

Pemerintahan tersebut seakan lupa terhadap agenda-agenda reformasi yang dibuat tahun 1998. Pemerintah secara doktrinal-dogmatis memiliki otoritas untuk melakukan pembenaran terhadap kebijakan yang diambilnya pada saat itu. Melihat fenomena tersebut, timbul tanda tanya besar apakah Orde Baru benar-benar telah runtuh ?.

Pengontrol reformasi

Peran dan fungsi mahasiswa harus kembali dipertegas. Mahasiswa harus mampu mengawasi dan mengontrol reformasi secara utuh seperti saat mereka membidani kelahirannya bulan Mei 1998. Pergerakan mahasiswa pada saat ini tampaknya memiliki perbedaan signifikan dengan mahasiswa tahun 1998, yang mempunyai keseragaman visi, yaitu reformasi.

Kondisi tersebut tidak terlihat lagi pada masa kini, mahasiswa memiliki agenda dan garis perjuangan yang berbeda dengan mahasiswa lainnya. Sekarang ini mahasiswa menghadapi pluralitas gerakan yang sangat besar. Meski begitu, setidaknya mahasiswa masih memiliki idealisme untuk memperjuangkan nasib rakyat di daerahnya masing-masing.

Mahasiswa sudah telanjur dikenal masyarakat sebagai agent of change, agent of modernization, atau agen-agen yang lain. Hal ini memberikan konsekuensi logis kepada mahasiswa untuk bertindak dan berbuat sesuai dengan gelar yang disandangnya. Mahasiswa harus tetap memiliki sikap kritis, dengan mencoba menelusuri permasalahan sampai ke akar-akarnya.

Dengan adanya sikap kritis dalam diri mahasiswa diharapkan akan timbul sikap korektif terhadap kondisi yang sedang berjalan. Pemikiran prospektif ke arah masa depan harus hinggap dalam pola pikir setiap mahasiswa. Sebaliknya, pemikiran konservatif pro-status quo harus dihindari.

Mahasiswa harus menyadari, ada banyak hal di negara ini yang harus diluruskan dan diperbaiki. Kepedulian terhadap negara dan komitmen terhadap nasib bangsa di masa depan harus diinterpretasikan oleh mahasiswa ke dalam hal-hal yang positif. Tidak bisa dimungkiri, mahasiswa sebagai social control terkadang juga kurang mengontrol dirinya sendiri. Sehingga mahasiswa harus menghindari tindakan dan sikap yang dapat merusak status yang disandangnya, termasuk sikap hedonis-materialis yang banyak menghinggapi mahasiswa.

Perubahan yang cepat dalam realitas politik dan sosial di negara ini menuntut sikap taktis dan strategis dari semua pihak, termasuk mahasiswa. Sikap ini tidak harus melalui gerakan-gerakan frontal dan radikal yang berlebihan, mengingat sekarang ini banyak muncul pandangan atau perkataan sinis terhadap mahasiswa, seperti mereka dibayar atau mereka ditunggangi.

Karena itu, kepedulian dan nasionalisme terhadap bangsa dapat pula ditunjukkan dengan keseriusan menimba ilmu di bangku kuliah. Mahasiswa dapat mengasah keahlian dan spesialisasi pada bidang ilmu yang mereka pelajari di perguruan tinggi, agar dapat meluruskan berbagai ketimpangan sosial ketika terjun di masyarakat kelak.

Peran dan fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan secara santun tanpa mengurangi esensi dan agenda yang diperjuangkan. Semangat mengawal dan mengawasi jalannya reformasi, harus tetap tertanam dalam jiwa setiap mahasiswa. Sikap kritis harus tetap ada dalam diri mahasiswa, sebagai agen pengendali untuk mencegah berbagai penyelewengan yang terjadi terhadap perubahan yang telah mereka perjuangkan. Dengan begitu, mahasiswa tetap menebarkan bau harum keadilan sosial dan solidaritas kerakyatan.***

11 Juni 2008

Motivasi

Kerjakan Yang Anda Senangi

“What is it that you like doing? If you don’t like it, get out of it, because you’ll be lousy at it. You don’t have to stay with a job for the rest of your life, because if you don’t like it you’ll never be successful in it.”

Kalimat di atas merupakan nasihat dari seorang pemimpin bisnis kaliber dunia, bernama Lee Iaccocca. Intinya adalah, bila Anda ingin sukses dalam karir atau usaha, Anda harus memulainya dengan menemukan apa yang anda senangi, kemudian kerjakan dengan fokus serta ketekunan. Dengan berlalunya waktu, Anda akan menjadi ahli dalam bidang tersebut. Dengan itu, imbalan dalam bentuk materi, status dan berbagai penghargaan lainnya pasti akan menjadi milik Anda.

Memang, pekerjaan atau usaha apapun pasti membutuhkan kerja keras. Tidak mungkin ada kesuksesan sejati dengan tidur-tiduran sepanjang hari. Namun, bila Anda menyenangi kegiatan/pekerjaan itu, Anda akan jauh lebih kuat dan lebih bersemangat dalam menjalaninya, sekalipun harus mandi keringat dan meneteskan air mata.

Dalam film Center Stage, diceritakan tentang dua orang gadis cantik yang sedang berlatih di American Ballet Academy. Gadis yang satu bernama Maureen dan yang satu lagi bernama Jody. Maureen telah belajar Ballet sejak masih anak-anak, sementara Jody baru memulainya setamat High School (SMU). Menurut dua orang pelatih, Jody tidak memiliki kaki dan postur tubuh yang cocok untuk menjadi penari Ballet. Jody pun terancam dropped out dari sekolah Ballet tersebut.

Berbeda dengan Maureen. Ia bukan hanya cantik, ia juga memiliki kaki yang sangat lentur dan memiliki teknik yang sangat baik. Tetapi pada suatu malam pertunjukkan besar, dimana Maureen seharusnya menjadi pemeran utama, ternyata ia tidak muncul di panggung. Ibunya bingung lalu bergegas keluar mencari Maureen.

Di hadapan mama yang sedang kecewa, Maureen mencurahkan isi hatinya. Ia mengundurkan diri karena sesungguhnya ia tidak pernah mau menjadi penari Ballet. Satu-satunya alasan ia melakukannya selama belasan tahun adalah karena sang mama mendorongnya terus-menerus. Dengan tetesan air mata, Maureen berkata: “Mama tidak punya kaki seperti kakiku, sayangnya akupun tidak punya hati seperti hati mama.” Kemudian mereka tertunduk lalu berpisah melewati pintu yang berbeda.

Bagaimana dengan Jody?

Diperlihatkan, ketika teman-temannya sedang tertidur pulas Jody berlatih sendirian. Kuku-kuku jari kakinya lecet dan berdarah-darah namun ia terus berlatih. Suatu kali ia berkata kepada pelatihnya: “Aku tidak ingin meneruskan kuliah, aku hanya ingin menjadi penari Ballet.”

Bagi Jody, tidak ada kegiatan/pekerjaan lain yang lebih menyenangkan kecuali menjadi seorang penari Ballet. Singkat cerita, dengan kerja keras dan ketekunan ia berhasil menjadi penari Ballet professional. Pada suatu akhir pertunjukkan dimana ia menjadi pemeran utama, para pelatih, teman-teman dan seluruh penonton berdiri memberikan tepuk tangan sebagai penghargaan atas kesuksesannya. Itulah buah dari cinta terhadap pekerjaan!

Sebaliknya, bila Anda tidak menyenangi apa yang Anda kerjakan dan bila Anda bekerja semata-mata hanya demi gaji bulanan, lebih baik Anda mulai memikirkan kegiatan/pekerjaan lain yang Anda senangi. Mungkin Anda dapat menghasilkan sesuatu untuk bertahan hidup setiap bulan, tetapi yakinlah Anda tidak akan mungkin menorehkan tinta emas kesuksesan dengan mengerjakan sesuatu setengah hati. Tentang ini, Kahlil Gibran pernah menulis...

Kerja adalah cinta yang nyata, kasih yang tampak

Dan jika engkau tidak bekerja dengan cinta

Tetapi hanya dengan rasa enggan

Lebih baik bagimu untuk tidak bekerja

Dan duduk saja di pinggir jalan sambil mengemis

Dari orang-orang yang bekerja dengan sukacita

Bila Anda tidak menyenangi pekerjaan Anda, sudah pasti Anda akan sering menunda pekerjaan. Anda akan cepat merasa bosan, jenuh dan menggerutu terus-menerus. Anda juga harus memaksakan diri untuk menyelesaikan segala sesuatu. Anda tidak akan terpacu untuk belajar lebih banyak tentang pekerjaan Anda. Bagi Anda, kerja tidak lain adalah sebuah penderitaan.

Dalam kondisi seperti ini, secara fisik Anda boleh hadir di kantor tetapi hati dan pikiran Anda berada di tempat lain. Energi yang Anda pantulkan selalu negatif. Dan entah Anda sadar atau tidak, atasan, teman-teman dan pelanggan Anda sesungguhnya dapat merasakan energi negatif yang Anda pantulkan tersebut. Akibatnya mereka merasa tidak nyaman bekerjasama dengan Anda. Hasil akhirnya sudah dapat dibayangkan, kinerja Anda pastilah tidak pernah memuaskan. Dengan berlalunya waktu, Anda akan menjadi virus dalam perusahaan tersebut, dan semua pihakpun akan dirugikan.

Konsep atau pemikiran seperti ini masih asing bagi kebanyakan orang. Bagaimana tidak, dari kecil kita telah diajar, baik langsung atau tidak langsung, bahwa “kerja” dan “kesenangan” berada pada kutub yang berbeda. Keduanya tidak mungkin bersatu. Selama lima hari (Senin – Jumat) kita bekerja banting tulang. Selama itu pula kita mengalami berbagai tekanan dan level stress kita terus meningkat. Tetapi pada hari Sabtu dan Minggu, kita menikmati hari pembebasan. Itulah sebabnya pada hari Jumat, kita mendengar orang-orang berteriak kegirangan, “Thanks God, Its Friday!” Dengan kata lain, syukurlah sekarang sudah hari Jumat! Aku bebas...!

Tetapi pertimbangkanlah hal ini: Rata-rata 1/3 dari waktu kita habis untuk bekerja, yaitu delapan jam per hari. Kalau Anda tersiksa selama lima hari dalam seminggu oleh karena Anda tidak menyenangi pekerjaan Anda, bayangkan akibatnya bagi kesehatan dan kehidupan Anda secara keseluruhan.

Setelah membaca semua itu mungkin Anda kemudian bertanya tiga hal:

Pertama, betul sih, tetapi hari gini? Apa mungkin semua orang bisa mengerjakan apa yang ia senangi dan mendapat imbalan cukup darinya? Bagaima dengan seorang yang hanya lulusan SD, tidak punya pengalaman dan dalam kondisi keuangan pas-pasan? Apa mungkin...?

Kedua, bila memang mungkin, darimana memulainya? Karena saat ini saya masih belum menemukan kegiatan/pekerjaan apa yang saya senangi.

Ketiga, bila saya sudah menemukan apa yang saya senangi, apakah itu berarti saya harus segera keluar dari pekerjaan? Ataukah saya bisa memulainya dengan mencintai apa yang sekarang saya kerjakan?

Ketiga pertanyaan tersebut akan saya bahas pada artikel minggu depan. Untuk sementara, renungkan dua pertanyaan ajaib ini: (1) Kegiatan apa yang Anda mau kerjakan dengan sebaik-baiknya sekalipun tanpa dibayar? Bila dengan mengerjakan suatu kegiatan, lima tahun dari hari ini Anda akan mendapatkan imbalan materi sebesar Rp. 50 Juta per bulan (Anda boleh ganti 50 Juta menjadi 500 Juta, tergantunag kondisi Anda saat ini). Kira-kira kegiatan apakah yang tergambar dalam pikiran Anda?

Bagi saya, kegiatan itu adalah berdiri di atas panggung untuk memotivasi/melatih puluhan, ratusan dan ribuan orang. Termasuk juga kegiatan menulis seperti ini. Bagaimana dengan Anda?